Dalam kata sambutannya, Juanda Sukma, ketua departemen Kebijakan Publik yang menggawangi acara ini, mengatakan bahwa pendaftaran TPN sebenarnya dibuka untuk seluruh KAMMI Daerah di Pulau Sumatera. Namun peserta luar KAMMI Daerah Sumut yang hadir pada saat pelaksanaan ”hanya” berasal dari KAMMDA Riau dan Kepulauan Riau. Karena peserta dari Aceh dan Lampung yang semulanya dikabarkan akan ikut, mendapat kendala sehingga berhalangan hadir. Bahkan, ”Sebenarnya ikhwah KAMMI di Jombang sudah merespon melalui email,” akunya namun agaknya TPN ini memang dimaksudkan di wilayah Sumatera saja dulu, sebagai ’test case’. Tahun depan, bukan tidak mungkin TPN dilaksanakan dengan peserta dari KAMMI Daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, bahkan KAMMI perwakilan luar negeri, yah mungkin saja?
Latar belakang diadakannya TPN ini bisa jadi suatu bentuk kegelisahan kader KAMMI akan ’hilangnya’ figur pemimpin bangsa yang memang berniat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Karena kita yakin, hanya dengan manhaj Islamlah figur pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya dapat terbentuk. Kalau pada TPD (Training Politik Dasar, sebuah pelatihan yang harus diikuti sebelum mengikuti TPN) yang diadakan oleh tiap-tiap komisariat dilmaksudkan untuk membuka wacana dan membongkar paradigma tiap pesonal yang sempit tentang politik (Islam) dan peran pemuda (khususnya kader KAMMI), maka pada TPN peserta diharapkan memperoleh kematangan ilmu dan wawasan untuk menjadi pemimpin ”siap pakai” (ready to use), kelak. Bukan lagi sekedar wacana ”ahli di bidang (ilmu) masing-masing”, namun mampu ”menjadi pemimpin di bidang masing-masing” atau bahkan menciptakan sebuah lompatan besar (a great leap) dengan menjadi ”pemimpin di segala bidang”. Begitulah kira-kira ekspetasi setiap orang yang terlibat pada TPN.
Peserta pelatihan yang diadakan selama empat hari ini (29 Januari s.d. 1 Februari 2009, plus field trip ke Sipiso-piso dan Sitongging Danau Toba) di Balai Diklat BLPLP itu dibekali materi-materi berupa:
1. Dinamika Perpolitikan Islam Indonesia, Sejarah dan Perkembangannya (Transformasi Politik Islam)
2. Perjalanan Kepemimpinan Nasional (Kajian Politik Indonesia ditinjau dari Historis)
3. Lobi, Negosiasi dan Membangun Jaringan
4. Membangun Imunitas Gerakan (Keintelijenan)
5. KAMMI dan Masa Depan Indonesia (Bagaimana Gerakan Ekstraparlementer dan Korelasinya dengan Partai Politik)
6. Sejarah Perkembangan, Proyeksi dan Ketahanan Nasional dan Peran Pemda dalam Upaya Bela Negara
7. Analisa Kebijakan Publik
8. Analisa Anggaran
Dengan pemateri-pemateri yang memang ahli dan praktisi di bidangnya, seperti Sigit Pramono, Fadly Nurzal, Hidayatullah (anggota legislatif DPRD Medan), Prof. Dr. H. RM. Soebanindyo Hadiluwih, SH, MBA, Mustafa Ismail, Ridwan Rangkuti (Akademisi, Pengamat Politik), Letkol Drs. Yotanabe, AM, MDS (praktisi hankam), Elfanda Ananda (aktivis LSM FITRA), sampai seorang intel yang menjadi pemateri Keintelijenan bernama biiiiip (sensor, tidak boleh disebutkan namanya!), benar-benar memberikan kepuasan kepada peserta TPN. Agaknya materi dan pemateri yang berbobot tersebut agak mengobati sedikit ”kekecewaan” (benarkah mereka kecewa?) atas batalnya Tifatul Sembiring, Mutia Hafid, Fajlur Rahman, dan Anis Matta yang dikabarkan mengisi stadium general TPN.
Peserta yang terdiri dari 37 orang (16 ikhwah, 11 akhawat) dari berbagai komisariat itu tampak antusias. Terbukti dari respon-respon aktif mereka pada setiap pemaparan materi. Setiap sesi tanya jawab selalu dipenuhi dengan acungan tangan. Bahkan pada sesi Focus Group Discussion (FGD), suasana ’panas’ terjaga dari awal hingga akhir FGD dikarenakan perang pemikiran (ghazwul fikr???) dan referensi tiap-tiap peserta meskipun FGD dilaksanakan hingga larut (pukul 24.00 WIB???!!!).
Sekali lagi, pelatihan ini tidaklah mengecewakan. Karena pelatihan ini bukanlah pelatihan ecek-ecekan yang hanya menghasilkan kesia-siaan. Dari pelatihan ini terbentuklah blue print solusi permasalahan Indonesia dari bidang ekonomi, politik, hingga pertahanan. Bahkan setelah materi terakhir (Analisa Anggaran), alumni peserta TPN begitu bersemangat untuk membuat follow up berupa membentuk suatu tim advokasi APBD/N. Doakan saja. Namun, lebih dari itu semua, hari itu telah lahir Muslim-muslim Negarawan yang siap memimpin bangsa menuju masyarakat Islam Indonesia. Insya Allah.
(SKL)
Latar belakang diadakannya TPN ini bisa jadi suatu bentuk kegelisahan kader KAMMI akan ’hilangnya’ figur pemimpin bangsa yang memang berniat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Karena kita yakin, hanya dengan manhaj Islamlah figur pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya dapat terbentuk. Kalau pada TPD (Training Politik Dasar, sebuah pelatihan yang harus diikuti sebelum mengikuti TPN) yang diadakan oleh tiap-tiap komisariat dilmaksudkan untuk membuka wacana dan membongkar paradigma tiap pesonal yang sempit tentang politik (Islam) dan peran pemuda (khususnya kader KAMMI), maka pada TPN peserta diharapkan memperoleh kematangan ilmu dan wawasan untuk menjadi pemimpin ”siap pakai” (ready to use), kelak. Bukan lagi sekedar wacana ”ahli di bidang (ilmu) masing-masing”, namun mampu ”menjadi pemimpin di bidang masing-masing” atau bahkan menciptakan sebuah lompatan besar (a great leap) dengan menjadi ”pemimpin di segala bidang”. Begitulah kira-kira ekspetasi setiap orang yang terlibat pada TPN.
Peserta pelatihan yang diadakan selama empat hari ini (29 Januari s.d. 1 Februari 2009, plus field trip ke Sipiso-piso dan Sitongging Danau Toba) di Balai Diklat BLPLP itu dibekali materi-materi berupa:
1. Dinamika Perpolitikan Islam Indonesia, Sejarah dan Perkembangannya (Transformasi Politik Islam)
2. Perjalanan Kepemimpinan Nasional (Kajian Politik Indonesia ditinjau dari Historis)
3. Lobi, Negosiasi dan Membangun Jaringan
4. Membangun Imunitas Gerakan (Keintelijenan)
5. KAMMI dan Masa Depan Indonesia (Bagaimana Gerakan Ekstraparlementer dan Korelasinya dengan Partai Politik)
6. Sejarah Perkembangan, Proyeksi dan Ketahanan Nasional dan Peran Pemda dalam Upaya Bela Negara
7. Analisa Kebijakan Publik
8. Analisa Anggaran
Dengan pemateri-pemateri yang memang ahli dan praktisi di bidangnya, seperti Sigit Pramono, Fadly Nurzal, Hidayatullah (anggota legislatif DPRD Medan), Prof. Dr. H. RM. Soebanindyo Hadiluwih, SH, MBA, Mustafa Ismail, Ridwan Rangkuti (Akademisi, Pengamat Politik), Letkol Drs. Yotanabe, AM, MDS (praktisi hankam), Elfanda Ananda (aktivis LSM FITRA), sampai seorang intel yang menjadi pemateri Keintelijenan bernama biiiiip (sensor, tidak boleh disebutkan namanya!), benar-benar memberikan kepuasan kepada peserta TPN. Agaknya materi dan pemateri yang berbobot tersebut agak mengobati sedikit ”kekecewaan” (benarkah mereka kecewa?) atas batalnya Tifatul Sembiring, Mutia Hafid, Fajlur Rahman, dan Anis Matta yang dikabarkan mengisi stadium general TPN.
Peserta yang terdiri dari 37 orang (16 ikhwah, 11 akhawat) dari berbagai komisariat itu tampak antusias. Terbukti dari respon-respon aktif mereka pada setiap pemaparan materi. Setiap sesi tanya jawab selalu dipenuhi dengan acungan tangan. Bahkan pada sesi Focus Group Discussion (FGD), suasana ’panas’ terjaga dari awal hingga akhir FGD dikarenakan perang pemikiran (ghazwul fikr???) dan referensi tiap-tiap peserta meskipun FGD dilaksanakan hingga larut (pukul 24.00 WIB???!!!).
Sekali lagi, pelatihan ini tidaklah mengecewakan. Karena pelatihan ini bukanlah pelatihan ecek-ecekan yang hanya menghasilkan kesia-siaan. Dari pelatihan ini terbentuklah blue print solusi permasalahan Indonesia dari bidang ekonomi, politik, hingga pertahanan. Bahkan setelah materi terakhir (Analisa Anggaran), alumni peserta TPN begitu bersemangat untuk membuat follow up berupa membentuk suatu tim advokasi APBD/N. Doakan saja. Namun, lebih dari itu semua, hari itu telah lahir Muslim-muslim Negarawan yang siap memimpin bangsa menuju masyarakat Islam Indonesia. Insya Allah.
(SKL)
No comments:
Post a Comment